Rabu, 26 Juni 2013

10 Hal Yang Tidak Bisa Dibeli Dengan Uang

Kita sering membicarakan tentang uang, bagaimana mendapatkan banyak uang, bagaimana mengatur pengeluaran, berapa yang ditabung, serta diinvestasikan di mana. Kita sibuk merencanakan, memikirkan, dan mengkhawatirkan uang yang kita miliki, sehingga seolah-olah uang adalah hal yang paling penting di dunia. Uang memang penting dalam kehidupan, tanpa alat tukar ini kita tak akan bisa memenuhi kebutuhan hidup. Uang membuat kita bisa melakukan banyak hal dibandingkan jika kita tak memilikinya. Tetapi sepenting-pentingnya uang, sebanyak apa pun pundi-pundi uang anda, ada hal-hal yang tak bisa dibeli olehnya, yaitu sebagai berikut :
1.      Kehilangan waktu
Uang tak akan mengembalikan waktu yang telah berlalu. Setelah hari berganti, waktu 24 jam tersebut akan hilang dan tak akan pernah kembali. Karena itu gunakan setiap kesempatan yang ada untuk menyatakan perhatian dan kasih sayang Anda pada orang tercinta, sebelum waktu itu berlalu.
2.      Kebahagiaan
Memang kedengarannya klise, uang tak bisa membeli kebahagiaan. Tapi inilah kenyataannya. Uang memang bisa membuat Anda merasa senang karena bisa membiayai liburan, membeli elektronik terkini, atau mobil paling cepat. Tapi setumpuk uang tak kan pernah bisa menghadirkan kebahagiaan yang nyata yang berasal dari dalam hati kita. Kebahagiaan jenis ini hanya datang dari hubungan yang membahagiakan serta dukungan dan cinta dari keluarga.
3.      Kebahagiaan anak
4.     Untuk memberikan sandang dan pangan yang layak kepada buah hati memang dibutuhkan uang. Tapi uang tak bisa memberikan rasa aman, tanggung jawab, sikap yang baik, serta kepandaian, pada anak-anak. Hal itu merupakan buah dari waktu dan perhatian yang Anda curahkan untuk mereka dan hal-hal baik yang Anda ajarkan. Uang memang membantu kita memenuhi beberapa aspek pengasuhan, tapi waktu telah membuktikan bahwa kebutuhan dasar tiap anak adalah berapa banyak waktu yang diberikan orangtuanya, bukan uangnya.
5.      Cinta
Ini satu hal klise lainnya, cinta tak bisa dibeli dengan uang, tapi akuilah hal itu benar. Dengan uang kita bisa membuat orang tertarik, tapi cinta berasal dari rasa saling menghargai, perhatian, berbagi pengalaman, dan kesempatan untuk berkembang bersama. Itu sebabnya banyak pasangan yang menikah karena uang, tak bertahan lama.
6.      Penerimaan
Untuk diterima oleh lingkungan pergaulan, Anda tak butuh uang. Bila Anda ingin diterima, fokuskan energi anda untuk membuat diri anda berharga bagi lingkungan sekitar dengan menjadi teman dalam suka dan duka.
7.      Kesehatan
Kita butuh uang untuk mengongkosi biaya perawatan dan membeli obat, tapi uang tak bisa menggantikan kesehatan yang hilang. Itu sebabnya pepatah lebih baik mencegah daripada mengobati sebaiknya kita terapkan. Mulailah berolahraga, berhenti merokok, dan banyak hal lain yang pasti sudah anda tahu.
8.      Bakat
Beberapa orang memang ada yang mencapai kesuksesan dengan menyuap, tapi ini adalah pengecualian. Kesuksesan hanya berasal dari kerja keras, kemauan, dan sedikit kemujuran. Ada aspek kecil dari usaha menuju sukses yang bisa didapatkan dengan uang, misalnya mengikuti pelatihan atau membeli peralatan, tapi sukses lebih banyak berasal dari usaha yang Anda lakukan sendiri.
9.      Sikap yang baik
Banyak orang yang kaya raya tapi sikapnya kasar dan ucapannya sinis. Tak sedikit orang sederhana yang tutur katanya sopan dan menunjukkan rasa hormat pada orang lain. Jadi, jumlah uang yang dimiliki bukan penentu sikap seseorang.

1.  Kedamaian

Bila uang bisa membeli kedamaian, barangkali kita tak lagi mendengar tentang perang. Justru yang sering terjadi sebaliknya, uang lah yang menjadi sumber pertikaian dan permusuhan.
Sumber : kompas.com

Minggu, 09 Juni 2013

PEMBELAJARAN REMEDIAL DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

BAB IV
PEMBELAJARAN REMEDIAL DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI SEKOLAH DASAR AS’ADIYAH 1
PUSAT SENGKANG KECAMATAN TEMPE KABUPATEN WAJO

A.    Pelaksanaan Pembelajaran Remedial Di Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo

Sekolah sebaiknya menciptakan suatu pembelajaran terhadap peserta didik yang memiliki kemampuan di atas rata-rata maupun yang dibawah rata-rata, berupa lingkungan belajar dan pengalaman yang memungkinkan peserta didik belajar, hal ini dikarenakan kemampuan peserta didik berbeda-beda dalam memahami pelajaran. Ada kelompok kecil yang memerlukan waktu tambahan. Pengelolaan khusus, penambahan tugas-tugas dan pemberian ulangan khusus mungkin secara lisan. Jadi peserta didik yang tergolong lambat penguasai suatu standar kompetensi pada pembelajaran biasa yang diikuti dalam kelas regular kurang signifikan terhadap upaya membangun pengetahuan di dalam dirinya, sehingga memerlukan pembelajaran remedial.
            Pembelajaran remedial fokus terhadap bidang studi tertentu sesuai dengan kebutuhannya, tergantung pada usia peserta didik, kesulitan yang dialami dalam memahami suatu topik. Untuk peserta didik sekolah dasar (SD) fokus pembelajaran remedial, yaitu proses pemantapan keterampilan dasar, misalnya berkaitan dengan tugas-tugas : membaca dan memahami, menulis dan bercerita, berhitung suatu besaran tertentu.[1]
            Pembelajaran remedial merupakan kelanjutan dari pembelajaran regular di kelas, hanya terhadap peserta didik yang masih memerlukan pembelajaran tambahan. Paling tidak ada dua tujuan pembelajaran remedial diantaranya :
1.    Setiap peserta didik berbeda dalam hal kemampuan belajar, standar akademik, belajar dikelas dan kinerja akademik, dan setiap peserta didik harus belajar. Dengan pembelajaran remedial peserta didik yang lambat belajarnya dibandingkan yang lainnya akan dibantu belajarnya dengan cara menyesuaikan kurikulum sekolah, pendekatan, guru menyiapkan kegiatan belajar dengan pengalaman langsung sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta didik. Disamping itu dirancang pembelajaran secara individual untu membangun konsep dasar, menuntaskan metode belajar, meningkatkan kepercayaan diri dan menguatkan efektifitas belajar.
2.    Melalui pembelajaran remedial, guru menyiapkan pelatihan yang mengembangkan generic skills, meliputi: hubungan antar personal, berkomunikasi, pemecahan masalah, mengelolah diri sendiri, belajar mandiri, berpikir mandiri, mengembangkan kreatifitas dan penggunaan teknologi sebagai sumber  belajar. Di samping itu, pelatihan sepanjang hayat (life-long learning), membantu mengembangkan sikap positif dan nilai-nilai sebagai bekal belajar selanjutnya dan pengembangan karir.
Peserta didik yang tergolong kedalam kelompok yang harus dimasukkan ke dalam kelompok pembelajaran remedial biasanya mengalami kesulitan dalam hal, sebagai berikut:
a.    Kemampuan mengingat relatif kurang.
b.    Perhatian yang sangat kurang dan mudah terganggu dengan sesuatu yang lain di sekitarnya pada saat belajar.
c.    Secara relatif lemah kemampuan memahami secara menyeluruh.
d.   Kurang dalam hal motivasi diri dalam belajar.
e.    Kurang dalam hal kepercayaan diri dan rendah harapan dirinya.
f.     Lemah dalam kemampuan memecahkan masalah.
g.    Sering gagal dalam menyimak suatu gagasan dari suatu informasi.
h.    Mengalami kesulitan dalam memahami suatu konsep yang abstrak.
i.      Gagal menghubungkan suatu konsep dengan konsep lainnya yang relevan.
j.      Memerlukan waktu relatif lebih lama dari pada yang lainnya untuk menyelesaika tugas-tugas.[2]


Peserta didik yang mengikuti pelajaran dalam perkembangannya sangat bervariasi kemampuan intelektualnya,  dan hendaknya seorang pendidik membantu peserta didiknya untuk bertahan dan dapat mempelajari mata pelajaran tersebut.
ANALISIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK
PRASYARAT
KEBUTUHAN
GAYA BELAJAR
KECAKAPAN
KEINGINAN
 




                                                                                                

PENENTUAN TUJUAN BELAJAR
 




                                                      PENYIAPAN PEMBELAJARAN SEBELUM PEMBELAJARAN REMEDIAL
PENYESUAIAN KURIKULUM
PENYIAPAN BAHAN PENUNJANG
 PEMBELAJARAN REMEDIAL
PEMILIHAN PENDEKATAN
PENGEMBANGAN BAHAN PELAJARAN
 











PENGUBAHAN                                                                                                                                 PEMBELAJARAN
PERENCANAAN                                                                                                                                     TOPIK BARU
PEMBELAJARAN
EVALUASI / OBSERVASI
HAMBATAN BELAJAR
PENCAPAIAN STANDAR
 










Diagram 4.1. Proses Pembelajaran Remedial[3]

Jadi pembelajaran remedial beranjak dari kesulitan atau kebutuhan yang dialami peserta didik  tentang konsep yang sulit dipahaminya serta proses pemantapan pengetahuan pada diri peserta didik disesuaikan dengan kebutuhan individu peserta didik, artinya tidak harus mengurutkan fase pembelajaran yang dilalui. Dari kebutuhan peserta didik dapat langsung menuju kepada pemantapan dan pengajuan eksplanasi ilmiah dan solusi, kemudian mencari informasi-informasi yang relevan sebagai pendukung terhadap eksplanasi dan solusi tersebut.
 Dari hasil penelitian penulis, terhadap aktivitas kegiatan pembelajaran  remedial yang ada di Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo, dalam kelas ketika pendidik sedang menyajikan materi pembelajaran remedial, umumnya pendidik menggunakan pengajaran remedial seperti menyuruh peserta didik mempelajari kembali tes yang telah diberikan tanpa memberikan penjelasan terlebih dahulu. Akan tetapi pembelajaran remedial yang penulis akan efektifkan dengan cara menganalisis kebutuhan peserta didik tentang pelajaran yang dianggap sulit kemudian memberi tes yang berbeda namun cara mengerjakanya sama dengan menggunakan pendekatan tutor sebaya.
Pembelajaran remedial yang diterapkan oleh Sabariyah (Guru Kelas II Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang), bahwa peserta didik yang memiliki kemampuan dibawah rata-rata, walapun telah melakukan pembelajaran remedial akan tetapi hasil belajar yang diperoleh peserta didik yang bersangkutan tetap sama.[4]  
Bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial dan penyebab diadakan pembelajaran remedial  Di Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo diantaranya :
1.    Muh. Fadhlan, (Peserta Didik Kelas VI Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang),  bentuk remedial yang biasa diberikan bapak dan ibu guru dengan mengerjakan soal ujian semester yang salah kemudian mencari jawaban yang betul dirumah lalu dihafalkan didepan teman-teman sekelas dan diberi nilai standar sesuai KKM.[5]
2.    Muh. Yudistira, (Peserta Didik Kelas V Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang), pada waktu siang hari pelajaran sulit dipahami, apalagi pelajaran matematika karena disekolah kami tidak memiliki ruangan yang cukup untuk sekolah pagi semua.[6] Hal tersebut merupakan salah penyebabnya peserta didik di Sekolah Dasar As’adiyah harus melalui pembelajaran remedial.
3.    Nurlaelah, (Guru Kelas III Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang), Peserta didik umumnya yang remedial karena kurang disiplin  dalam belajar disamping itu karena kurangnya minat dan pemahaman mereka terhadap pelajaran, juga menambahkan bahwa peserta didik yang memiliki pekerjaan tambahan membantu orang tua seperti, menjual di pasar sehingga mereka tidak punya waktu untuk mengulanggi pelajaran.
4.    Abd. Rahmin (Guru Kelas V Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang), Peserta didik yang kurang lengkap peralatan belajarnya dan kurang mendapat bimbingan orang tua dirumah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan  peserta didik harus remedial sehingga prestasi belajar mereka menurun. [7]
5.    M. Nawir (Guru Kelas IV Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang), teman sepergaulan di masyarakat dan media massa seperti internet juga  dapat mempengaruhi peserta didik remedial karena mereka mementingkan bermain game diwarnet dari pada membaca buku pelajaran dirumah.[8]
Berdasarkan hasil wawancara diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran remedial di Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang  Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo sudah ada, namun belum efektif dikarenakan beberapa faktor intern dan eksternal.



B.     Faktor-Faktor Penyebab Ketidakefektifan Pembelajaran Remedial Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo

Aktivitas belajar merupakan inti dari kegiatan di sekolah, sebab semua aktivitas belajar dimaksudkan untuk mencapai keberhasilan proses belajar bagi setiap peserta didik yang sedang menjalani studi di sekolah tersebut.
Pada dasarnya munculnya pembelajaran remedial dikarenakan peserta didik mengalami kesulitan belajar yang mengakibatkan prestasi belajar tidak tercapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Karena itu, dalam rangka memberikan suatu pelayanan bimbingan menghadapi kesulitan belajar peserta didik di sekolah, perlu diperhatikan terlebih dahulu apa yang menjadi faktor atau kendala yang dihadapi peserta didik dalam aktivitas belajarnya, sehingga peserta didik tersebut mudah untuk dideteksi kesulitan belajar yang dialami.
Dari hasil pengumpulan data yang diperoleh penulis, sebanyak 24 peserta didik kelas III, faktor-faktor penyebab timbulya kesulitan belajar terdiri dari dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1.    Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang terdapat di dalam diri peserta didik diantaranya:
a.    Ada 2 (8,33%) peserta didik yang memiliki kelemahan emosional seperti adanya rasa tidak aman, tercekam oleh rasa fobia ( takut, benci, dan antipati) dan tidak mempunyai minat terhadap pelajaran tersebut.
b.    Terdapat 3 (12,5 % ) peserta didik yang kelemahan disebabkan karena kebiasaan dan sikap-sikap yang salah, seperti malas belajar, kegagalan dalam usaha memusatkan perhatian, gugup, sering bolos dan tidak mengikuti pelajaran.
c.    Terdiri dari 2 (8,33%) peserta didik yang memiliki tidak memiliki ketrampilan dan pengetahuan dasar yang diperlukan seperti ketidakmampuan membaca, menulis, berhitung serta memiliki kebiasaan belajar dan cara bekerja yang salah.
2.    Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang terdapat di luar diri peserta didik diantaranya:
a.    Terdapat 4 (16,66) peserta didik yang terlalu sering pindah sekolah, tinggal kelas, dan sebagainya.
b.    Ada 5 (20,83) peserta didik yang kelemahan terdapat dalam kondisi rumah tangga (pendidikan, status sosial ekonomi, keutuhan keluarga, ketentraman dan keamanan).
c.    Terdiri dari 8 (33,33) peserta didik yang terlalu banyak kegiatan di luar jam pelajaran sekolah atau terlalu banyak terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler.[9]

Abd. Rahmin (Guru Kelas V Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang), Inteligensi lemah yang dimiliki oleh peserta didik tertentu, akan sulit untuk beradaptasi di tengah-tengah belajar peserta didik lainnya yang memiliki daya tangkap belajar yang tinggi. Jika kenyataan inteligensi yang lemah seperti ini yang dihadapi oleh peserta didik, maka sulit untuk menerapkan metode pengajaran secara klasikal. Hal ini disebabkan daya tangkap belajar peserta didik tadi yang berbeda.[10]
M. Nawir (Guru Kelas IV Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang), Salah satu cara efektif yang mungkin dapat diberikan kepada peserta didik tersebut adalah  dengan memberikan latihan-latihan dan tugas-tugas tertentu, seperti memberikan pekerjaan rumah (PR), atau memberi tugas tertentu berupa hafalan-hafalan dengan menekankan pada upaya belajar tuntas, sampai peserta didik tersebut menguasai betul apa yang telah diberikan oleh guru kepadanya, dengan pendekatan yang ekstra hati-hati jangan sampai peserta didik tersebut merasa terbebani.[11]
Abdul Samad (Kepala Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang), Kesulitan belajar sebenarnya tidak hanya dimiliki oleh peserta didik yang mengalami persoalan seperti kondisi fisik yang kurang mendukung, atau peserta didik tertekan akibat rasa tidak aman tadi, tetapi juga kemungkinan akan dialami oleh peserta didik yang pintar disebabkan karena peserta didik ini tidak mampu menempatkan kondisi waktu kibat banyaknya tugas-tugas yang diembannya, seperti mengambil kursus bahasa inggris, les matematika, les mengaji, pramuka, atau mungkin kondisi lingkungan keluarga yang kurang mendukung, sehingga pada akhirnya menimbulkan kesulitan belajar bagi peserta didik yang pintar tersebut.[12]
Bagi seorang guru yang mengajar secara efektif, persoalan-persoalan yang muncul dari kesulitan belajar yang dialami peserta didik yang pintar ini, akan sangat berakibat fatal jika nilai-nilai kontraditif yang dialami peserta didik pintar tersebut tidak cepat dinetralisir oleh guru yang bersangkutan, karena hal ini akan berakibat buruk bagi peserta didik, yang dapat melemahkan semangat belajarnya, dan akhirnya sudah tentu berakibat pada melemahnya prestasi belajar peserta didik. Proses pembelajaran selalu ada peserta didik yang memerlukan bantuan, baik peserta didik yang memiliki prestasi belajar yang rendah maupun yang memiliki prestasi belajar yang baik.
Hj Sitti Aminah, (Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang) menyatakan bahwa salah satu faktor internal, kesulitan belajar yang dihadapi dalam pembelajaran remedial upayanya meningkatkan prestasi belajar Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang  yaitu banyaknya peserta didik yang sering bolos / tidak mengikuti pelajaran dan nakal apalagi sekarang sudah diterapkan Undang-undang perlindungan anak yang membuat peserta didik semakin tidak sopan kepada gurunya. [13]
Menurut penulis bahwa pernyataan memang benar karena sesuai dengan kenyataan dilapangan kebanyakan peserta didik mengatakan kalau itu pendidik, yang betul-betul wali kelasnya atau yang mengajarinya, sehingga apabila ada pendidik lain yang menegur diabaikan. Dengan adanya Undang-undang  perlindungan anak, peserta didik merasa mendapatkan perlindungan dari pemerintah sehingga bertingkah laku semaunya dan tidak sopan terutama dalam proses pembelajaran.  Kalau hal ini tidak dipahami oleh pendidik dan orang tua pada khususnya maka akan membahayakan  generasi pada masa yang akan datang.
Abd.Rahmin (Guru Kelas V Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang) mengatakan bahwa kendala yang dihadapi dalam meningkatkan prestasi belajar di Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang adalah kurangnya ruangan sehingga dalam proses belajar mengajar kurang memuaskan. [14]
Fakta menunjukkan bahwa dalam melaksanakan tugasnya, para pendidik sering menghadapi berbagai masalah yang menghambat proses pembelajaran. Terhadap masalah-masalah yang muncul ini, ada pendidik yang dapat mengatasinya dengan baik, tetapi banyak pula yang tidak mampu mengatasinya dengan tepat. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal.
Sebagaimana telah diketahui, pembelajaran remedial ini diberikan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar. Dengan kata lain, pembelajaran remedial diberikan kepada para peserta didik yang mengalami kesulitan belajar yang dapat ditanggulangi dengan bimbingan belajar biasa, yaitu mengulang bahan yang sama, tetapi menuntut adanya suatu penanganan khusus yang sifatnya individual.
C.    Langkah-langkah Guru Mengefektifkan Pembelajaran Remedial Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta Didik Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo

Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual maupun motorik sehingga menuntut pendidik untuk bertindak sebagai pelatih. Tanpa latihan, seorang peserta didik tidak mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar, dan akan mahir dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi standar. Oleh karena itu pendidik berperan sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan dalam pembentukan kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masing-masing. [15]
Langkah-langkah yang dilakukan guru untuk mengefektifkan pembelajaran remedial dalam meningkatkan prestasi peserta didik  di Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang dapat dipahami wawancara dari responden berikut ini:
1.    Nurlaelah (Guru Kelas III Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang) bahwa Salah satu langkah yang ditempuh untuk mengefektifkan pembelajaran remedial dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo adalah dengan menggunakan pendekatan tutor sebaya. Pembelajaran tutorial pada dasarnya sama dengan pembelajaran bimbingan, arahan dan motivasi yang bertujuan memberikan bantuan kepada peserta didik agar dapat mencapai hasil belajar secara efektif dan efisien.[16]
Sabariyah (Guru Kelas II Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang) bahwa pembelajaran remedial dengan menggunakan pendekatan tutor sebaya dinilai mampu meningkatkan prestasi peserta didik karena yang dipilih menjadi tutor ini seumur (sebaya) dengan teman-temanya yang akan diberikan bantuan, Tutor sebaya yang dipilih ini memiliki kemampuan lebih cepat dalam memahami dan menjelaskan ulang materi yang diajarkan. Tugasnya untuk membantu peserta didik lain yang mengalami kesulitan belajar dan memiliki kesabaran serta kemampuan memotivasi mereka dalam belajar.
 Tahap-tahap kegiatan pembelajaran remedial di kelas dengan menggunakan pendekatan tutor sebaya adalah sebagai berikut:
1.      Tahap persiapan
a.    Guru membuat pembelajaran pengajaran satu pokok bahasan yang dirancang dalam bentuk penggalan-penggalan sub pokok bahasan. Setiap penggalan satu pertemuan yang didalamnya mencakup judul penggalan tujuan pembelajaran, khususnya petunjuk pelaksanaan tugas-tugas yang harus diselesaikan.
b.    Menentukan beberapa orang peserta didik yang memenuhi criteria sebagai tutor sebaya, jumlah tutorsebaya yang di tunjuk disesuaikan dengan jumlah kelompok yang dibentuk.
c.    Mengadaan latihan bagi para tutor. Dalam pelaksanaan tutorial atau bimbingan ini, peserta didik yang menjadi tutor bertindak sebagai guru. Sehingga latihan yang diadakan oleh guru merupakan semacam pendidikan guru atau peserta didik itu. Latihan yang diadakan degan dua cara yaitu melalui latihan kelompok kecil dimana dalam hal ini yang mendapatkan latihan hanya peserta didik seluryh kelas dilatih bagaimana proses pembimbingan ini berlangsung.
d.   Pegelompokkan peserta didik dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri ata 4-6 orang. Kelompok ini disusun berdasarkan variasi tingkat kecerdasan peserta didik. Kemudian tutor sebaya yang telah ditunjuk disebar pada masing-masing kelompok yang telah ditentukan.
e.    Pemberian tes awal sebelum penerapan tutor sebaya.
2.      Tahap pelaksanaan
a.    Setiap pertemuan guru memberikan penjelasan terlebih dahulutentang materi yang diajarkan.
b.    Peserta didik belajar dalam kelompoknya sendiri. Tutor sebaya menanyai anggota kelompoknya secara bergantian akan hal-hal yang belum dimengerti, demikian pula halnya dengan menyelesaikan tugas. Jika ada masalah yang tidak diselesaikan barulah tutor meminta bantuan guru.
c.    Guru mengawasi jalannya proses belajar, guru berpindah-pindah dari satu kelompok ke kelompok yang lain untuk memberikan bantuan jika ada masalah yang tidak dapat diselesaikan daam kelompoknya.
3.      Tahap evaluasi
a.       Sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, guru memberikan soal-soal latihan kepada anggota kelompok (selain tutor) untuk mengetahui apakah tutor sudah menjelaskan tugasnya atau belum
b.      Memberikan tes akhir untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik setelah penerapan metode tutor sebaya.
c.       Pembelajaran remedial yang direncanakan akan lebih efektif bila cara penyajian bahan, kegiatan-kegiatan yang dilakukan peserta didik dan motivasinya berlainan dengan yang semula.[17]
Untuk lebih memahami keberhasilan peserta didik sebelum dan sesudah diterapkan pembelajaran remedial dengan menggunakan pendekatan tutor sebaya pada mata pelajaran matematika kelas III perhatikan tabel distribusi hasil belajar peserta didik berikut ini:


Tabel 4.1
Distribusi hasil belajar peserta didik dalam  pelajaran Matematika Kelas III sebelum diterapkan pembelajaran remedial dengan pendekatan tutor sebaya  

Skor
Kategori
Kuantitas
Persentase (%)
0 – 65
66 - 100
Remedial
Tuntas
10
14
41,67%
58,34%
Jumlah
24
100%
Sumber Data : Hasil nilai siswa sebelum diterapkan pembelajaran remedial dengan pendekatan tutor sebaya  

Dari tabel 4.1 di atas, menunjukkan bahwa sebanyak 10 orang peserta didik atau 41,67% berada pada kategori remedial dan sebanyak 14 orang atau 58,34% berada pada kategori tuntas. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran Matematika sebelum pembelajaran remedial dengan pendekatan tutor sebaya   secara umum berada pada kategori rendah.
Tabel 4.2
Distribusi hasil belajar peserta didik dalam  pelajaran Matematika Kelas III setelah diterapkan pembelajaran remedial dengan pendekatan tutor sebaya

Skor
Kategori
Kuantitas
Persentase (%)
0 – 65
66 - 100
remedial
tuntas
6
18
25,00%
75,00%
Jumlah
24
100%
Sumber Data : Hasil nilai siswa setelah diterapkan pembelajaran remedial dengan pendekatan tutor sebaya  

Dari tabel 4.2 di atas, menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik yang berada pada kategori tidak tuntas sebanyak 6 orang atau 25,00% dari 24 peserta didik dan sebanyak 18 orang peserta didik atau 75,00% yang berhasil tuntas.
Berdasarkan pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik kelas III Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang dalam mata pelajaran Matematika setelah diterapkan pembelajaran remedial dengan pendekatan tutor sebaya   berada pada kategori tinggi dan telah mencapai 75% tingkat keberhasilan.  
Berdasarkan hasil penelitian penulis di lapangan, ternyata pembelajaran remedial dengan cara mengulang kembali tidak menghasilkan hasil yang baik. Mempelajari pembelajaran remedial dengan menyuruh peserta didik membaca bahan pelajaran yang bersangkutan di perpustakaan dan pembelajaran remedial dengan menggunakan tutor sebaya ternyata merupakan cara yang efektif dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik di Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo berhasil.
2.    Abdul Samad (Kepala Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang) Langkah yang kami dan komite sekolah dilakukan  dalam memenuhi kurangnya kelas di Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang dengan mengajukan permohonan penambahan ruang belajar kepada Yayasan As’adiyah, pemerintah setempat, orang tua peserta didik dan simpatisan yang bersedia membantu sekolah tersebut demi untuk kepentingan peserta didik dan para generasi muda dimasa yang akan datang. [18]
3.    Abd. Rahmin (Guru Kelas V Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang), Peserta didik umumnya yang remedial karena kurang disiplin  dalam belajar disamping itu karena kurangnya minat dan pemahaman mereka terhadap pelajaran, maka langkah yang guru lakukan untuk mengefektifkan pembelajaran remedial dengan metode pembiasaan dan hukuman.[19] Agar peserta didik terbiasa menggulanggi pelajaran dirumah atas dasar rasa ingin tahu terhadap suatu pelajaran dan bukan karena hukuman yang diberikan kepada peserta didik tersebut.
4.    Abdul Samad (Kepala Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang) mengenai peserta didik yang kurang lengkap peralatan belajarnya, langkah yang kami tempuh dengan menggunakan dana Bos dan Gratis untuk pembelian buku-buku teks pelajaran umum dan agama. Sedangkan untuk peralatan seperti buku tulis, pensil, dan penghapus masih ditanggung oleh orang tua peserta didik.
Adapun peserta didik yang kurang mendapat bimbingan orang tua dirumah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan peserta didik harus remedial sehingga prestasi belajar mereka menurun. Biasanya guru kelas mengirimkan surat kepada orang tua peserta didik yang berisi bimbingan bapak dan ibu orang tua peserta didik dirumah sangat dibutuhkan seperti dalam hal membaca dan menulis.[20]

5.    M. Nawir (Guru Kelas IV Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang), teman sepergaulan di masyarakat dan media massa seperti internet juga  dapat mempengaruhi peserta didik remedial karena mereka mementingkan bermain game diwarnet dari pada membaca buku pelajaran dirumah. Langkah yang dilakukan guru disekolah hanya memberi nasehat tentang pengaruh negative akibat pengunaan media internet bagi anak usia sekolah seperti melihat gambar-gambar porno adalah dosa. [21]
Dari hasil wawancara dengan responden tersebut diatas, penulis dapat mengemukakan bahwa langkah-langkah yang ditempuh guru di Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang Kecamatan Tempe Kabupaten Wajo dalam mengefektifkan pembelajaran remedial dalam meningkatkan prestasi belajar ada dua cara yaitu:
1.      Memberikan bimbingan dan motivasi kepada peserta didik yang mengalami pembelajaran remedial. Bimbingan tersebut antara lain: a. Memberikan perhatian khusus, b. Memperbaiki teknik dan cara belajar, dan                          c. Menumbuhkan kepercayaan diri dan harga diri.
2.      Memasukkan peserta didik yang remedial ke dalam suatu kelompok belajar atau totur sebaya.
Dengan cara tersebut diatas, guru-guru di Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang Kecamatan Tempe kabupaten Wajo mengharapkan agar pembelajaran remedial dapat berjalan efektif dan meningkatkan prestasi belajar peserta didik.



[1] Departemen Pendidikan Nasional, Pembelajaran Remedial, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.  2003. h.20.
[2] Ibid., h. 22
[3] Ibid., h.19.
                [4] Sabariyah, (Guru Kelas II Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang ), “Wawancara”, pada tanggal 7 Desember 2011.   
[5] Muh. Fadhlan ( Peserta Didik Kelas VI Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang), “Wawancara”, pada tanggal 7 Desember 2011.   
[6] Muh. Yudistira ( Peserta Didik Kelas V Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang), “Wawancara”, pada tanggal 7 Desember 2011.   
[7] Abd. Rahmin (Guru Kelas V Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang), “Wawancara”, pada tanggal 7 Desember 2011.   
[8] M. Nawir (Guru Kelas IV Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang), “Wawancara”, pada tanggal 7 Desember 2011.   
[9]Mukhtar, Pengajaran Remedial  (Teori dan Penerapanya dalam Pembelajaran), Cet; IV, Jakarta: PT Nimas Multima, 2007. h. 48.
[10] Abd. Rahmin (Guru Kelas V Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang), “Wawancara”, pada tanggal 7 Desember 2011.   
[11] M.Nawir (Guru Kelas IV Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang), “Wawancara”, pada tanggal 7 Desember 2011.   
[12] Abdul Samad (Kepala Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang), “Wawancara”, pada tanggal 7 Desember 2011.   
       [13] Sitti Aminah, (Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang Kab. Wajo), “Wawancara”, pada tanggal  5Desember  2011.    
       [14] Abd.Rahmin, (Guru Kelas V Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang), “Wawancara”, pada tanggal 5 Desember 2011.  
       [15] Isjoni, Guru Sebagai Motivator Perubahan (Cet: III; Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2009)  h.25
[16] Nurlaelah, (Guru Kelas III Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang), “Wawancara”, pada tanggal 7 Desember 2011.   
[17] B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah,  Jakarta :Rineka Cipta, 2002. h. 101.

[18] Abdul Samad (Kepala Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang), “Wawancara”, pada tanggal 7 Desember 2011.   
[19] Abd. Rahmin (Guru Kelas V Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang), “Wawancara”, pada tanggal 7 Desember 2011.   
[20] Abdul Samad ( Kepala Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang), “Wawancara”, pada tanggal 7 Desember 2011.   
[21] M. Nawir (Guru Kelas IV Sekolah Dasar As’adiyah 1 Pusat Sengkang), “Wawancara”, pada tanggal 7 Desember 2011.